Jakarta, 3 Desember 2025 — MAXY Academy bersama Robotic Explorer dan Masyarakat Teknologi Cerdas Indonesia (IS-SMART), dengan dukungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, mengadakan talkshow sekaligus workshop dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional 2025 yang jatuh pada tanggal 28 November 2025.
Acara yang digelar di Inheritance Hall, Gedung Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengusung tema Pendidikan Indonesia Menyongsong Era Kecerdasan Artifisial. Sebanyak 200 audiens turut hadir. Mulai dari guru, kepala sekolah, penggiat teknologi pendidikan, serta tokoh-tokoh nasional yang berperan penting dalam arah kebijakan dan transformasi pembelajaran berbasis AI di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, dihadiri juga oleh Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., dan Wakil Gubernur DKI Jakarta H. Rano Karno, S.IP.
Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menegaskan bahwa transformasi pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pemanfaatan teknologi cerdas.
“Kecerdasan artifisial bukan untuk menggantikan peran guru, tetapi memperkuat kapasitas guru dalam membimbing dan membangun karakter peserta didik. Kunci utamanya adalah kesiapan manusia, bukan sekadar teknologinya,” ujar Pratikno.
Dukungan terhadap inovasi pendidikan juga disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno. Ia menilai Jakarta harus menjadi contoh kota yang mendorong pemanfaatan teknologi secara inklusif dalam dunia pendidikan.
“Jakarta berkomitmen mendukung ekosistem pendidikan yang modern dan berkeadilan. Guru harus diberikan ruang, pelatihan, dan teknologi agar mampu menjawab tantangan zaman,” kata laki-laki yang akrab disapa Doel.
Senada dengan hal tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti, menekankan pentingnya literasi teknologi yang seimbang dengan nilai-nilai kemanusiaan. “AI harus hadir sebagai alat bantu pembelajaran yang kritis dan etis. Pendidikan dasar dan menengah harus menjadi fondasi penguatan nalar, karakter, dan kreativitas peserta didik,” tegas Abdul Mu’ti.
Dalam sesi talkshow bertema Menyongsong Indonesia Emas Melalui Pendidikan Teknologi Cerdas, menghadirkan empat pembicara. Mulai dari Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo dan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Gogot Suharwoto, S.Pd., M.Ed., Ph.D.
Ada juga Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Buatan Dr. Muhammad Muchlas Rowi, S.F., S.H., M.M, dan Staf Ahli Bidang Teknologi Pendidikan Ir. Moch. Abduh, MS.Ed., Ph.D. Hadir pula Xiao Qi sebagai perwakilan dari Robot dalam talkshow tersebut dan di moderatori oleh Co-Founder & CEO MAXY Academy Isaac Munandar.
Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, IPU melihat bahwa Indonesia Emas hanya bisa dicapai jika pengetahuan, industri, dan sekolah bergerak dalam satu ekosistem. “Pemanfaatan teknologi harus selaras dengan kekuatan riset agar memberi dampak nyata bagi pembangunan nasional,” tambahnya.
Sementara Gogot Suharwoto, Ph.D menilai bahwa peran guru tidak akan tergantikan meskipun terjadi pergeseran teknologi dan inovasi. “Penguatan peran dan kompetensi guru menjadi kunci utama keberhasilan transformasi pendidikan digital,” kata Gogot.
“Pendidikan teknologi cerdas harus diarahkan untuk menciptakan dampak nyata, inklusif, dan berkelanjutan bagi generasi masa depan,” ujar Co-Founder & CEO MAXY Academy, Isaac Munandar sekaligus menutup sesi talkshow.
Pada sesi workshop Coding Tanpa Coding: Belajar Logika Pemrograman dengan AI Tools, Andy Febrico Bintoro, Ph.D. memberikan pelatihan langsung kepada guru mengenai bagaimana AI dapat membantu mempermudah pemahaman konsep logika pemrograman.
“Kami ingin memastikan setiap guru dapat mengajarkan kemampuan komputasional tanpa harus menjadi programmer. AI memungkinkan semua orang belajar dengan lebih intuitif,” ujar laki-laki yang akrab disapa Toro.
Ia menambahkan, “Tujuan kami bukan membuat semua guru menjadi programmer, tetapi membekali mereka dengan pola pikir digital.”
“Ketika guru memahami ini, mereka membuka pintu besar bagi masa depan literasi teknologi nasional.” pungkasnya.
Menutup keseluruhan rangkaian acara, Isaac Munandar kembali menegaskan pentingnya kolaborasi lintas-lembaga untuk membangun ekosistem pendidikan berbasis AI di Indonesia.
“Tidak ada perubahan besar yang terjadi sendirian. Hari ini kita membuktikan bahwa ketika pemerintah, industri, komunitas, dan sekolah bergerak bersama, masa depan pendidikan Indonesia bukan hanya mungkin, tetapi dapat kita capai lebih cepat,” tutup Isaac. (rudi S)














