Jakarta, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) berkolaborasi dengan LPP RRI mengadakan forum diskusi ‘Daulat Pangan’. Forum ini, membahas strategi RI dalam membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di tengah ketidakmenentuan geopolitik dan perang dagang. Acara diselenggarakan oleh Kagama Leaders Forum di Gedung RRI, Kamis (17/07/25).
Dalam kesempatan ini Dirut PT. Indo Prima Beef drh. Nanang Purus Subendro mengatakan Indonesia memiliki sekitar 5 juta peternak sapi lokal, namun minat generasi muda untuk terjun ke dunia peternakan kian berkurang. Kondisi ini berisiko menghentikan proses regenerasi dalam sektor peternakan sapi.
“Data menunjukkan 56 persen dari peternak yang saat ini menggeluti profesinya, itu umurnya sudah di atas 50 tahun. Sebagus apapun program pemerintah yang berjangka panjang, tapi tidak diminati oleh anak muda, saya jamin gagal,” ujar Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia, imbuh Nanang.
Ketua Kagama Lampung ini menambahkan
sebenarnya peternak sapi rakyat masih bisa berkompetisi dengan sapi impor. Kita sudah cukup lama importasi sapi sendiri sejak 1990 dan kita bisa hidup berdampingan. Kalau tidak ada importasi kita jujur belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Tetapi yang penting ijin impor sapi itu diberikan setelah potensi lokal terserap semua baru kekurangannya kita impor, jelasnya.
Ini benar benar menjadi momok bagi peternak sapi rakyat dan kita tidak mungkin bersaing dengan daging kerbau dari India. Mau tak mau kita harus meningkatkan kapasitas peternak yang tadinya hanya 1 atau 2 ekor sapi harus naik kelas menjadi peternak profesional yang hidup dari usaha peternakan dan itu bisa, terang Ketum Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) ini.
Yang sekarang dijalankan untuk peternakan sapi adalah intensifikasi dan tidak bisa lagi sambilan. Harus ada kebutuhan pakan yang berkualitas. Kita harapkan pemerintah biarkan harga daging berada dalam angka keekonomisan peternak. Melakukan usaha yang bisa membuat peternak bertahan. Pemerintah harus mengadakan even menarik anak muda untuk mau menjadi peternak, papar Nanang.
Pemerintah perbaiki industri hulunya ternak sapi yakni breeding atau pengembangbiakan indukan yang nantinya menghasilkan anakan sapi. Karena tidak visible secara ekonomi dan harus dibantu dengan insensif. Kami mengusulkan insentifnya jangan per ekor induk atau per kawin suntik tetapi per anak yang dilahirkan.
Selain itu ditambahkan Nanang, jujur saja pemotongan sapi indukan betina masih berjalan padahal secara undang undang dilarang. Tapi tidak ada law enforcement atau penegakan hukum. Belum pernah saya peternak yang memotong sapi betina produktif dihukum. Perlu efek jera untuk dilakukan, pungkasnya.